Oleh: Raka V. Raspati
Hari
raya Idul Adha yang identik dengan daging kurban gratis seringkali jadi ajang
berbagi dan mempererat hubungan sosial lewat tradisi bakaran atau nyate daging
hasil kurban. Menurut cerita, konon katanya daging kurban yang diolah dengan
cara dibakar lebih lezat dibanding diolah menjadi rendang atau masakan biasa.
Namun begitu, kenyataannya memang demikian.
Jadi,
mengapa daging kurban yang dibakar lebih lezat dibanding diolah menjadi masakan
biasa?
Nyatanya
acara bakaran daging setelah hari raya Idul Adha adalah salah satu acara
mempererat silaturahim dan kerja sama karena biasanya pada acara bakaran atau
nyate setiap individu punya tugasnya masing-masing. Jika dilihat dari segi
gender, pembagian tugasnya begitu terasa. Biasanya para wanita mendapat tugas memotong
daging, mengolah bumbu, dan menusuk daging yang telah dipotong dadu menjadi
sate. Sementara itu para lelaki mendapatkan tugas menyiapkan arang dan membakar
sate daging nya hingga matang. Tidak hanya itu, pada acara bakaran biasanya
kita akan makan pada satu wadah daun pisang yang digelar di lantai sehingga
kebersamaan dan canda tawanya begitu terasa hangat.
Alasan
kedua mengapa daging yang dibakar terasa lebih lezat adalah karena bila daging
hasil kurban diolah menjadi rendang atau semur lagi, biasanya lidah kita bosan
untuk memakannya. Rendang dan semur daging seringkali dihangatkan beberapa kali
hingga habis, namun jika daging dibakar atau disate biasanya habis dalam sekali
makan. Selain itu, sate daging adalah olahan makanan yang sederhana karena
tidak perlu mengolah banyak rempah-rempah, cukup kecap dan beberapa bumbu dapur
yang dicampur jadi satu sebagai bumbu dasarnya. Bahkan, jika kita malas membuat
bumbunya, hanya kecap dan mentega saja sudah cukup sebagai bumbu dasar saat
sate daging hendak dibakar. Setelah sate matang, kita bisa memakannya dengan
sambal kecap yang terdiri dari cabai rawit, bawang, dan tomat yang diiris dan
dicampur dengan kecap. Nikmat sekali bukan?
Meski
tidak semua orang selalu membuat acara bakaran setelah hari raya Idul Adha,
namun tampaknya mayoritas bakaran atau nyate daging ini menjadi tradisi yang
dilakukan orang-orang baik itu kawula muda bersama teman sepermainannya hingga
lingkup keluarga besar.