Ada beragam refleksi budaya khas dari Kota Serang, salah
satunya adalah batik. Satu-satunya motif hias yang memiliki filosofi sejarah.
Dalam perkembangannya sendiri, motif batik yang berkembang memiliki 75 macam
corak batik yang telah dipatenkan oleh sang pendiri sekaligus peneliti motif
batik dan memiliki usaha sendiri yaitu batik Banten, Uke. Pria kelahiran tahun
19 ini mengaku telah meneliti bersama
arkeolog UI dan nasional. Ia mendapatkan fakta mengenai ragam corak hias yang
ada di Banten.
Setiap corak batik di Banten sendiri
memiliki berbagai filosofi yang menarik. Berasal dari peninggalan sejarah dan
dipakai sebagai ragam hias pada ornament gerabah pada masa kerajaan silam, membuat batik banten sebagai suatu warisan
budaya yang dielu-elukan oleh pengrajin batik maupun arkeolog dari kota lain.
Pasalnya, setelah dijelaskan mengenai setiap filosofi coraknya, mereka sangat
menginginkan agar corak batik ini harus tetap terjaga dan tak sampai hilang.
Dikarenakan peninggalan sejarah tersebut begitu melekat dan sangat berarti bagi
masyarakat Indonesia sebagai warisan leluhur.
Salah satu yang mengelukan motif batik ini
adalah pengrajin pekalongan yang sangat tertarik akan makna yang berada diatas
kain batik tersebut. Tak jarang, mereka mengadopsi corak batik Banten ke dalam
desain batik milik mereka. Dikarenakan berbeda dari batik milik mereka yang
sebagian besar adalah corak buatan para pengrajin yang bahkan kepatenan hak
miliknya pun kurang dipercaya.
Batik banten lebih berpola pada model
bangunan, gerabah, atau relief yang memiliki arti tersendiri. Berbeda dengan
batik lain yang mengedepankan kreasi, yang tak jarang dari coraknya bermotifkan
binatang atau tumbuhan. Berbeda dengan batik Banten ini yaitu tak menjadikan
batik engan corak binatang sebagai suatu karya batik Banten. Karena masyarakat
Banten yang mayoritas beragama muslim dan dilarang menyembah bentukan dari
makhluk hidup, hal inilah yang menjadi persoalan dan alasan bahwa tidak ada motif
batik yang menyerupai makhluk hidup.
Tak kalah dari batik Banten yang memiliki
ragam corak dan warna, ada batik lain yang seringkali kita temui di sentra
batik yang ada di Banten, salah satunya adalah batik Baduy. Seringkali di
tempat oleh-oleh khas serang atau di jalan-jalan yang menjajakan batik, batik
Baduy tak pernah luput dari pandangan, bahkan batik Baduy seringkali dijadikan
buah tangan jika ada pelancong dating ke Serang.
Ada yang menarik dari batik Baduy yang
digadang-gadang menjadi ikon khas Banten. Ternyata diketahui kain dengan corak
batik dengan warna khas hitam dan biru tersebut bukanlah kain batik khas dari
daerah Baduy. Baduy sendiri sebenarnya tidak memproduksi batik, namun kain yang
biasa kita kenal sebagai batik baduy tersebut adalah kain printing dengan motif
batik. Motif batik itu sendiri bukanlah motif khas dari Banten, melainkan
perkembangan dari motif batik Pekalongan.
Banyak anggapan yang mengira bahwa ikon
khas Banten adalah batik Baduy, namun ikon yang sebenarnya adalah batik khas banten.
Karena batik Baduy tidak bisa dikatakan sebuah batik, kain yang dikatakan batik
adalah kain yang luar dan dalamnya dihiasi motif batik. Namun dapat tunjukkan,
bahwa batik baduy tersebut hanya memiliki motif pada luarnya saja, tidak dengan
dalamnya. K arena hal inilah batik baduy tak dapat dikatakan batik, karena
pengerjaannya pun tak menggunakan lilin malam. Namun batik baduy tidak
menggunakan lilin malam dalam pengerjaannya, melainkan di printing.
“Batik baduy bukanlah batik asli dari
Banten, motifnya diambil dari batik pekalongan dan menurut tekniknya, batik
baduy bukanlah sebuah batik, namun kain
printing” tutur Uke.
Maka dari itu, kebanyakan orang salah
kaprah mengenai batik tersebut, dikarenakan batik Baduy bukanlah batik khas
Banten melainkan perpaduan dari batik lainnya. Begitu pula Baduy bukanlah
sentra pengrajin batik, namun kain khas dari Baduy adalah tenun, bukan batik.
Karena mustahil batik dituangkan diatas kain katun yang bahannya mudah
meluruhkan warna dari pewarnaan itu sendiri. (UVI)