Cecep Fathurohman pada acara The 9th Convention of
Teochew International Federation, Tangerang,
Banten. (Dokumen Pribadi)
Memainkan
alat musik khususnya musik tradisional adalah hobi Cecep Fathurohman. Jemarinya
menari dengan alat musik sudah dilakukan sejak duduk di bangku sekolah dasar. Berawal
dari menabuh bass rebana Qasidah, hobinya itu ia lanjutkan hingga SMA. Marawis
pun jadi pilihan. Salah satu jenis “band tepuk” dengan perkusi sebagai alat
utamanya.
Menjadi
mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sejak 2014, mengantarkannya lebih
mendalami dan menyalurkan hobinya di bidang seni musik. Adalah PANDAWA
(Paguyuban Seni Budaya Tradisional Mahasiswa Untirta) yang menjadi tempat ia
mengekspresikan minat dan bakat yang dimilikinya. Bergabung sejak semester 1
hingga kini ia semester 7, menjadikan laki-laki asli Banten ini bukan hanya
berbakat di bidang seni musik tradional saja namun ia juga mahir melakoni seni
tari tradisional dan silat debus.
“Ikut
pandawa niat awalnya ingin melanjutkan
marawis, lebih dominan ke musik, karena dulu anak marawis. Akhirnya belajar
musik, terus belajar silat juga, hanya silat tidak debus awalnya,” kata Cecep
bercerita pada Selasa, (17/10/2017) di Sekretariat UKM Pandawa.
Bakatnya
di bidang seni musik dan tari tradional hingga silat debus jangan diragukan.
Cecep sudah mahir memainkan alat musik sekaligus menari untuk tarian Rampak Bedug. Kata “Rampak” mengandung arti
“Serempak”. Jadi “Rampak Bedug” adalah seni bedug dengan menggunakan waditra
berupa “banyak” bedug dan ditabuh secara “serempak” sehingga menghasilkan irama
khas yang enak didengar. Tari tradisonal asal Pandeglang, Banten yang memiliki
makna puji-pujian kepada Tuhan atau Shalawat
atas Nabi .
Bukan
hanya itu jemarinya sudah mahfum memainkan alat musik Tarangtang untuk tarian
Bentang Banten asal Kota Serang. Di bidang seni silat debus, jenis Trumbu dan
Bandrong yang ia geluti. Alat musik tradisional lebih dari dua yang ia bisa. Mulai
dari gitar, saron, piano, hingga kendang ia mahir memainkannya.
Darah
seni yang mengalir di tubuhnya berasal dari sang Ibu seorang penyanyi dan
pemain musik Qasidah. Miliki minat dan bakat di bidang seni, tak menjadikan
Cecep bercita-cita ingin menjadi seniman. Sejak kecil ia ingin menjadi
Presiden atau Dosen, bahkan ia juga sempat
memimpikan menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI). Cara berbicaranya yang lugas dan ramah, waktu dua jam terasa sangat singkat ketika berbincang
dengan Cecep yang saat ini sedang menempuh pendidikan
sarjana jurusan Pendidikan Fisika di Untirta. Ia banyak bercerita mengenai
sejarah, kesenian, dan kebudayaan asal Banten. Pengetahuannya akan hal tersebut
patut diacungi jempol.
Memainkan
alat musik baginya bukan saja menghilangkan penat tapi juga sebagai sarana
ekspresi diri. “Menghilangkan pusing apalagi sekarang jurusan fisika, kalau
pusing main musik. Kalau misal lagi kesel bisa main gitar-gitaran, kalo lagi
seneng main kendang, saron, gamelan,” katanya tertawa. Bersama dengan
paguyubannya, ia bukan saja mempelajari kesenian khas Banten tapi juga kesenian
Nusantara.
Bakatnya
di bidang kesenian khas Banten mengantarkannya menggapai beragam prestasi baik
yang dilakukan secara individu maupun dengan UKM Pandawa, diantaranya ia
bersama tim nya menjuarai Lomba Tari Kreasi Nusantara di Tangerang dan di
Jakarta Timur pada tahun 2016. Di tahun yang sama ia mewakili Provinsi Banten
di ajang Pekan Seni Mahasiswa Nasional (PEKSIMINAS) di Kendari, yang
membanggakan lainnya ia juga dipercaya menjadi duta Jambore Pemuda Indonesia
(JPI) perwakilan Tanah Jawara tahun 2016 di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Kesenian
dan kebudayaan suatu daerah memang banyak jenis dan macamnya, generasi muda
bisa menjadi andalan untuk melestarikan. Begitu halnya Banten, provinsi berusia
17 tahun yang memiliki empat Kabupaten dan empat Kota ini miliki segudang
kesenian dan kebudayaan masing-masing daerahnya. Cecep merasa generasi muda
perlu melestarikan kesenian dan kebudayaan Banten, tidak perlu menjadi ahli dan
handal di segala bidang, minimal punya pengetahuan. “Mempelajari seni berarti
menghargai jasa orang-orang terdahulu, tidak sopan kalau tidak mempelajari seni
yang sudah dibuat orang-orang hebat terdahulu,” begitu katanya menutup
percakapan sore itu.