Perayaan hari ulang tahun
TNI ke 72 kembali dilaksanakan di dermaga pantai Indah Kiat, Merak, Banten.
Serta memilih rakyat sebagai sumber
kekuatan utama, seperti tema yang diusung yaitu “Bersama Rakyat TNI Kuat”. (foto: Tiara D.R)
Selasa,
3 Oktober 2017, pemberitaan media diramaikan dengan kegiatan gladi bersih yang
dilakukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk menyambut usianya yang ke 72.
Wajar, tidak sedikit masyarakat yang ingin menyaksikan secara langsung kegiatan
yang bertempat di pantai Indah Kiat, Merak, Banten itu. Para prajurit TNI
benar-benar tidak berhenti memberikan pertunjukan yang atraktif kepada masyarakat. Pengunjung yang
menyaksikan di tempat tersebut
dibuat terpukau, bertepuk tangan, dan tidak lupa mengabadikan momen tersebut
dengan ponsel pintarnya.
Tentara
Nasional Indonesia (TNI) tepat berusia 72 pada 5 Oktober 2017. Perayaan hari
ulang tahun
pasukan loreng itu untuk kedua kalinya kembali digelar di tanah Jawara, dengan
slogan yang berbunyi “Bersama
Rakyat TNI Kuat”.
Memasuki usia ke 72, lalu bagaimana cerita panjang TNI dari masa ke masa ?
Mengutip
dari Antara, pada masa sebelum kemerdekaan, terdapat nama Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) dan
juga Pembela Tanah Air (PETA). KNIL merupakan tentara kerajaan Hindia-Belanda
yang dibentuk ketika Perang Diponegoro berlangsung. Sementara PETA dibentuk
pemerintahan Jepang yang dibentuk untuk melawan tentara sekutu pada tahun 1943.
Setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat
(BKR) pada 23 Agustus 1945. Kemudian secara berangsur-angsur dibentuk BKR
dengan kekuatan darat, laut, dan udara. BKR memiliki kepengurusan di pusat dan
sejumlah daerah. Tetapi tidak sedikit dan terdapat beberapa daerah yang menolak
dibentuk BKR dan malah membuat lembaga serupa dengan penamaan sendiri.
Akhirnya
sampai pada 5 Oktober 1945, Maklumat Pemerintah mengganti nama BKR menjadi
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang juga memasukkan para mantan anggota PETA.
BKR Darat, Laut, dan Udara secara bertahap juga menyesuaikan penamaannya.
Kemudian
nama TKR kembali diganti menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Tetapi Tentara
Keselamatan Rakyat tidak berlangsung lama, ia mengalami perubahan lagi menjadi
Tentara Republik Indonesia (TRI) pada tahun 1946.
Pada
3 Juni 1947, orang nomor satu di Indonesia pada saat itu, Soekarno kemudian
merevisi lagi untuk yang terakhir kalinya, nama TRI menjadi Tentara Nasional
Indonesia (TNI). TNI merupakan gabungan dari TRI dan tentara elemen-elemen
rakyat lainnya. Jenderal Soedirman kemudian ditunjuk menjadi Panglima Besar
pertama TNI. Meski nama TNI baru diberikan pada tanggal 3 Juni 1947, namun hari
lahir kesatuan tersebut tetap diperingati setiap 5 Oktober.
Hendra, dengan senyum ramahnya, salah satu nahkoda kapal tunda Tirtayasa
II - 212 yang sudah selama 6 tahun bekerja mengaku sangat senang dengan kembali
digelarnya perayaan HUT TNI di Merak, Banten. Menurutnya penyelenggaraan pada
tahun ini antara TNI dan masyarakat dapat bersatu.
“Senang pasti, perayaan ualang tahun TNI di Merak sudah dua kali
diadakan. Apalagi yang tahun ini benar-benar merakyat, seperti presidennya.
Jadi antara TNI dan masyarakat bisa bersatu dalam memeriahkan HUT TNI ini”,
ungkap pria asal Tangerang itu.
Sambil mengemudikan kapal Tirtayasa yang hendak menarik keluar kapal
besar, ia juga menceritakan bahwa perayaan HUT TNI kali ini seperti pesta
rakyat. Karena masyarakat yang berkunjung dapat melihat pameran alutsista yang
dimiliki TNI, bahkan dapat melihat secara dekat dan masuk ke beberapa kapal
besar seperti KRI dr. Soeharso.
“Besok pada hari H nya aka nada jajanan gratis, dibagi-bagikan kaos
juga. Kalau mau besok dating lagi neng, liput acaranya di atas kapal ini lagi
juga gapapa !”, tawar Hendra dengan tawaran baiknya dan diakhiri senyum yang
mengembang.