Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengucapkan
selamat berpuasa melalui video berdurasi 50 detik melalui akun youtubenya
@Presiden Joko Widodo yang diunggah pada 26 Mei 2017. (sumber : youtube
@Presiden Joko Widodo)
SERANG -
Bulan Ramadan menjadi salah satu momentum yang dimanfaatkan para tokoh politik
untuk mengucapkan selamat berpuasa kepada umat muslim, seperti yang dilakukan
oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam akun YouTube-nya @Presiden Joko Widodo. Dalam
postingan tersebut, Jokowi juga menyampaikan harapannya di bulan suci Ramadan
kali ini.
“Saya,
Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia mengucapkan selamat menjalankan ibadah
puasa di bulan Ramadan 1438 Hijriah. Semoga di bulan yang suci ini, kita dapat
meningkatkan amal ibadah kita, rasa persaudaraan kita, rasa persatuan kita
sebagai sebuah bangsa”, ujar Jokowi dalam video yang berdurasi 50 detik itu.
Menanggapi
hal tersebut, menurut salah satu dosen Pendidikan Agama Islam FISIP Untirta,
Jakaria, pesan Ramadan yang disampaikan Joko Widodo melalui sosial media
merupakan hal yang sah-sah saja. Hal tersebut juga dapat ditanggapi secara
positif untuk mengingatkan bahwa bulan Ramadan merupakan bulan untuk
melaksanakan salah satu kewajiban umat muslim yaitu berpuasa.
“Karena
salah satu bentuk makna dari Ramadan atau puasa ini memang bagaimana untuk
merekatkan persaudaraan kita, baik muslim dan juga persaudaraan non muslim.
Karena inti daripada puasa bukan hanya menahan haus kemudian lapar, tetapi juga
turut serta bagaimana membangun solidaritas persaudaraan untuk lebih
disatupadukan kembali bagi masyarakat. Nah jika hikmah dari
Ramadan ini
tentunya lebih banyak sebenarnya dari pada hal-hal yang bersifat material
tetapi juga kepada hal yang bersifat membangun persaudaraan sesama muslim dan
juga membangun kesadaran sesama manusia,”
jelas dosen PAI FISIP Untirta,
Jakaria, Senin (26/5).
Selain
itu, mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Untirta, Risa Nurhasanah juga ikut
mengomentari video tersebut. Menurutnya kerap kali tokoh politik memanfaatkan
momentum-momentum tertentu bahkan kegiatan sehari-hari untuk menyampaikan pesan
politisnya.
“Sebenernya
menurut aku bukan cuma bulan Ramadan, tapi juga kerap kali tokoh politik
memanfaatkan momentum-momentum tertentu bahkan kegiatan sehari-hari buat
menyampaikan pesan politisnya. Misalnya sih gini, seperti di vlog-nya jokowi yang beliau potong
rambut menyampaikan pesan politik kalo beliau merakyat, gitu. Jadi menurut aku,
memanfaatkan bulan Ramadan sebagai moment politik itu sebaiknya dimanfaatkan
dengan lebih bermanfaat bagi masyarakat bukan hanya sekedar simbolis tapi lebih
substantif agar lebih kena dampak positifnya oleh masyarakat,” ungkapnya.
Jakaria
dan Risa juga berpesan bulan Ramadan ini harus dihormati karena merupakan
bagian dari perintah Allah dan jangan memutar balikkan ajaran agama. Bagi
mereka yang tidak berpuasa harus menghormati orang yang berpuasa, bukan
sebaliknya orang yang tidak berpuasa ingin dihormati. Kemudian, keduanya juga
berpendapat bahwa masyarakat Indonesia harus saling menghargai perbedaan dan
sesama karena pada dasarnya semua agama di dunia mengajarkan kebaikan.
(TDR/NBL/YOURNALISTIC)