Membaca adalah
kegiatan meresepsi, menganalisis, dan menginterpretasi yang dilakukan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam media
tulisan. Membaca merupakan hal yang sudah
menjadi keharusan dikalangan pelajar karena sangat amat banyak
manfaatnya, salah satunya berguna untuk memperluas wawasan memperoleh ilmu dan
pengetahuan.
“Semua
tulisan aku sukai yang penting bukan textbook” tutur senja. Buku yang pernah ia
baca dan membuatnya sangat berkesan yaitu Tetralogi Pulau Baru, menurutnya buku
itu di setiap kalimatnya menggugah pikiran, menyadarkan dan menjelaskan tentang
sejarah Indonesia. “Pramoedya Anantar Toer, nama penulis yang setiap karangannya
selalu membuat saya berdecak kagum, menelisik setiap sudut sejarah Indonesia
pada masa kolonial” tukas senja. Dan membaca merupakan salah satu hobi dari
perempuan yang kerap disebut senja ini.
Ya,
senja. Senja atau maghrib adalah bagian waktu dalam
hari atau keadaan setengah gelap di bumi sesudah matahari terbenam, Ketika piringan matahari
secara keseluruhan telah hilang dari cakrawala. Waktu ini dimulai setelah matahari tenggelam saat
cahaya masih terlihat di langit hingga datangnya waktu malam (isya) saat cahaya
merah (syafak) benar-benar hilang. Baginya, keseluruhan dari senja sangat ia sukai, senja
juga mempunyai makna sebagai waktu merenung.
Bagi mereka yang belum mengenalnya, cewek
tomboy berdarah campuran Batak Sunda ini terkesan jutek, karena pada dasarnya
ia pun mengakui bahwa ia cukup kesulitan untuk berbaur dengan orang yang baru
dikenal, namun berada dekat pemilik nama lengkap Agnes Yusuf Tarigan (20
tahun), biasa dipanggil senja. Waktu dua jam terasa sangat singkat. Apalagi
kalau bicara tentang buku, dunia traveling keliling dan sejarah Indonesia,
maka dia akan mengajak kita menyusuri sampai kepolosok tentang beberapa topik
diatas yang menjadi kesukaannya.
Papandayan, Gede,
Pangrango, Cikuray, Guntur, Ciremai, Slamet, dan Semeru. Itu adalah sederatan
nama-nama gunung yang pernai ia ajak silaturahmi dengan cara ia daki. Sumatera
(kecuali Aceh dan Bangka), Jawa Barat – Jawa Timur juga telah ia singgahi. Kecintaannya
dengan alam Indonesia sangat dibatasi dengan kondisi kantong. Memang butuh
banyak biaya dan tenaga tentunya untuk menjelajahi keindahan Indonesia. Biaya
untuk transportasi, penginapan, dan makan misalnya. Namun berada dialam sangat
membuat dirinya merasa lepas dan bebas.
Selain buku dan alam
Indonesia, senja juga tertarik dengan sejarah Indonesia. “Menurutku penting
mengetahui sejarah, jadi bias tahu awal mulanya sesuatu, kaya misalnya sejarah
masyarakat Indonesia, Revolusi Indonesia. Sejauh ini lagi mendalami sejarah
Indonesia, namun belum menyentuh sejarah luar negeri. Gak ada yang bikin
terenyuh, yang ada miris. Karena sejarah Indonensia dibungkam dan diputar
balikan fakta, contohnya yang G30-S, gak ada PKI nya, karena itu politiknya
Soeharto” ungkap senja.
Senja mencoba membuka
mata dan telinga kita untuk peka terhadap sekitar, terhadap alam, terhadap
pentingnya membaca, terhadap pentingnya mengenali sejarah tanah yang kita pijak
sekarang, katanya “coba abaca minimal 3 lembar 1 hari, kalo gak sanggup, baca
apapun, gak mesti sejarah, tapi yang bikin kalian mengenal cakrawala. Hidup
sedikit membaca itu akan sedikit juga tahunya. Cuek sejarah: kalo kata pak
Soekarno, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Hey! Bapak proklamator kita
saja mengingatkan untuk jangan melupakan sejarah, mosok yang kaum muda-mudinya
dengan jaman secanggih ini ogah-ogahan untuk mencari tahu dan mempelajari
sejarah Indonesia. Malu kalo ngaku WNI tapi gak tau sejarah bangsanya sendiri.
Cuek alam: gak usah ngaku-ngaku pecinta alam kalo kerjaannya Cuma naik gunung,
tapi setiap habis merokok/ minum es/ jajan dikabel buang sampahnya
sembarangan.”
Oleh:
Shifa Amalia Risjani