Para pembeli
sedang memilih sedang memilih-memilah bahan pokok untuk kebutuhan dapur di Pasar Rau Trade Center, Rabu (31/5). (AML)
SERANG – Ketika bulan
puasa datang sepertinya sudah menjadi siklus tahunan kebutuhan pokok melonjak
naik, hal ini disebabkan karena melonjaknya permintan pasar namun ketersedian
barang yang kurang atau minim. Hal ini disampaikan oleh ketua Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Serang, Ahmad Banbela.
“Setiap tahun
memang sudah menjadi kebiasaan harga-harga bahan pokok melonjak naik, hal ini
biasanya disebabkan oleh permintaan dan ketersediaan barang tidak seimbang,”
tegas ketua Disperindag itu, Rabu (31/5).
Sejumlah harga
bahan-bahan pokok seperti
1. Cabai merah besar/keriting
harga awal Rp. 36.000,-/kg menjadi Rp. 40.000,-/kg
2. Cabai
Rawit Hijau awalnya Rp. 24.000,-/kg menjadi Rp. 60.000,-/kg
3. Bawang
Merah awalnya Rp. 20.000,-/kg menjadi Rp. 28.000,-/kg
4. Bawang
Putih awalnya Rp. 45.000,-/kg menjadi Rp. 47.000,-/ kg
5. Kentang
awalnya Rp. 13.000,-/kg menjadi Rp. 14.000,-/kg
6. Daging
Kerbau awalnya Rp. 110.000,-/kg menjadi Rp. 120.000,-/kg
7. Daging
Ayam broiler awalnya Rp. 30.000,-/kg, menjadi Rp. 32.000,-/kg
8. Telur
ayam awalnya Rp. 21.000,-/kg menjadi Rp. 23.000,-/kg
9. Terigu
awalnya Rp. 9.250,-/kg menjadi Rp. 9.000,-/kg
10. Beras
KW 1 tetap Rp. 10.000/kg dan untuk KW 2 tetap Rp. 9.500/kg, dan
11. Minyak
Goreng juga masih tetap Rp. 14.000/liter.
(Sumber : Disperindag Kota Serang)
Menurut para pedagang bahan pokok di pasar
Rau, kenaikan harga bahan pokok sudah biasa terjadi serta hal semacam ini
sifatnya hanya musiman seperti yang disampaikan oleh salah satu Pedagang,
Buyung. “Ya setiap tahun memang seperti ini, tapi
sifatnya kan cuma musiman nanti juga kembali normal,”
ujar buyung.
Namun melonjaknya harga sembako di bulan
Ramadan ini sangat disayangkan oleh kepala Disperindag Kota Serang dikarenakan
bulan Ramadan banyak dijadikan peluang oleh beberapa oknum untuk menaikan
harga barang dagangannya. “Yang saya
takutkan adalah penyalahgunaan peluang bulan Ramadan ini oleh oknum-oknum
tertentu supaya menaikan harga dagangannya,” tegas
Ahmad.
Ahmad juga
menyampaikan ada yang tidak benar terkait kondisi ini, dikarenakan sangat aneh
jika tiap tahun bulan Ramadan selalu menjadi batu loncatan agar bahan-bahan
pokok itu naik, serta menghimbau terkait keseriusan menyikapi kondisi seperti
ini karena akan terus berulang jika kita tidak membenah diri.
“Sebenarnya aneh saja menurut saya setiap
tahun kita mengalami masalah yang sama, mungkin kita semua harus mulai serius
terhadap ketersediaan bahan di pasar serta
revolusi mental yang konkret,” tegas Ahmad.
(AML/AY/YOURNALISTIC)