Leni Haini, mantan
atlet perahu naga kini seorang buruh cuci.
Harta benda yang berarti tersisa hanya medali-medali dan sertifikatnya.
(Foto; fokusjambi.com)
SERANG
- Indonesia perlu bangga karena memiliki orang-orang hebat yang berkecimpung
dalam dunia olahraga yang sudah mengharumkan nama bangsa. Dari tahun ke tahun,
ada beberapa atlet dari dalam negeri yang pernah memenangkan kejuaraan
Internasional.
Namun
sayangnya, tak semua olahragawan Tanah Air bernasib baik ketika sudah tak lagi
menggeluti bidangnya. Justru memiliki kisah pilu dihari tua.
Salah
satunya ialah Leni Haini, mantan atlet dayung asal Jambi yang kini hanya
menjadi seorang buruh cuci. Belum lagi ia memiliki seorang anak yang menderita
penyakit penyerapuhan kulit.
Menurut
pemberitaan di detik.com, sejak tahun 1994 Leni sudah menekuni dunia olahraga.
Namun sejak menjadi atlet, pendidikan Leni terbengkalai.
“Kata
pengurus KONI Jambi waktu itu, dia akan menjamin pendidikan saya. Tapi setelah
saya pensiun dan kepengurusan di KONI juga sudah ganti, ternyata jaminan
pendidikan itu tidak berwujud,” ujar Leni, Dikutip dari Detik.com (3/12/12)
Leni
yang hanya lulusan SD tidak mampu berbuat banyak, alhasil dirinya terpaksa
bekerja sebagai buruh cuci.
Dengan bermodalkan ijazah SD dan ijazah Kejar Paket B, Leni kesulitan untuk
mendapatkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya juga biaya pengobatan
anaknya. Status mantan atlet juara dunia ternyata tak mampu membuatnya
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Menurut
salah satu anggota LMND (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi) Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Dika Abubakar Sidiq persoalan mengenai mantan atlet
Indonesia menjadi buruh cuci itu bukan menjadi permasalahan yang sangat
kontradiksi pokok melainkan permasalahan kontradiksi khusus yang begitu teramat
banyak terjadi dalam Negara Indonesia hari ini. Permasalahan yang terjadi di
Indonesia justru memiliki sebab dan akibat yang akhirnya timbul permasalahan
yang begitu banyak terjadi.
“Agak
miris ya dengarnya. Tapi menurut saya sebabnya adalah Negara hari ini sebagai
alat penindas ketika Negara diduduki oleh kelas borjuis “kapitalis birokrat”
kaki tangan dari kelas imperialisme Negara adidaya yang menjajah Negara lemah
yaitu Negara Indonesia melalui ekonomi, politik, sosial dan budaya. Yang
akhirnya membuat Negara Indonesia menjadi Negara ketergantungan terhadap Negara
adidaya atas investasi modal asing,” Ujar Dika, mahasiswa yang cukup anarkis
terhadap kehidupan para buruh dan petani ini. (3/5)
“Maka
jelas peran daripada Negara hari ini tidak berdaulat secara politik, tidak mandiri
secara ekonomi, dan telah membuat Negara Indonesia yang merdeka menjadi Negara
setengah jajahan ini gagal mensejahterakan rakyat untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup yang layak termasuk kepada mantan atlet Indonesia yang notabene
telah mengharumkan nama bangsa,” Tambahnya (MIT/RPA/YOURNALISTIC)