Idul adha atau yang biasa di sebut lebaran
haji adalah hari raya umat islam. Pada hari idul adha, kita diingatkan kembali
peristiwa kurban, saat nabi ibrahim akan mengkurbankan nabi ismail anaknya
untuk menguji iman nabi ibrahim,, namun pada saat peristiwa itu akam terjadi
Allah SWT memerintahkan nabi ibrahim untuk mengganti anaknya itu dengan seekor
domba untuk dikurbankan. Dari peristiwa itulah idul adha biasa diisebut juga
lebaran kurban, bagi umat islam yang mampu bisa mengkurbankan kambing, sapi,
atau kerbau yang biasa dikurbankan.
Jika mendengar kata kurban pasti kita tidak
asing lagi dengan jagal, dia adalah seorang yang mengeksekusi hewan kurban.
Menjadi seorang jagal tidak bisa sembarangan, dia harus tahu teknik menyembelih
hewan agar sekali menggorok hewan kurban langsung mati, dan jagal juga harus
tahu tentang do'a jika akan menjagal. Di daerah kampung tungku, Rangkasbitung
ada seorang jagal yang biasa mengeksekusi hewan-hewan kurban pada saat idul adha.
Adalah Pak Aming, pria berumur 65 tahun, ia juga adalah tokoh masyarakat
kampung tungku.
Pada saat lebaran idul adha 2017 kemarim yaitu
hari jumat 1 september, setelah selesai shalat idul adha Pak Aming sudah
bersiap-siap dengam goloknya yang tajam untuk menggorok hewan kurban. Jam 10 pagi hewan-hewan kurban mulai di atur posisinya, ada yang berkurban 2 ekor
sapi, 1 ekor kerbau. Hewan-hewan itu disembelih oleh pak aming, yanv bisa di
bilang sudah ahli dalam hal menyembelih. Kemudian setelah di sembelih, warga
dengan sergap langsung menguliti, memotong, dan membagi-bagikan daging itu ke
dalam kantong plastik untik di bagikan kepada warga setempat.
Biasanya warga yang membantu menguliti atau
memotong daging akan mendapat jatah lebih, apalagi seorang penjagal pasti
mendapatkan lebih, karena itu sudah jadi kesepakatan warga setempat.
Dari tahun ke tahun pak Aming selalu menjadi
penjagal hewan kurban warga kampung tersebut, tetapi tidak hanya hewan kurban
saja, pak Aming juga biasa menyembelih hewan untuk keperluan Akikah atau keperluan
tertentu. Dalam usianya yang sudah tidak sekuat dulu lagi, Pak Aming masih
tetap ingin menjadi penjagal jika dia masih dibutuhkan oleh warga kampung
tersebut. “Saya masih ingin menjadi penjagal jika warga masih butuh saya, saya
akan berhenti kalau memang sudah waktunya untuk berhenti” tutup Pak Aming.